29 November 2018

Menyoal Hak Pendidikan Difabel

~~ M. Syafi'ie


Potret pendidikan bagi difabel masih memilukan. Sepanjang tahun 2018 masih ditemukan kasus di mana anak-anak difabel ditolak masuk sekolah. Beberapa komunitas telah melakukan advokasi dan media massa telah memberitakannya. Di antara kasusnya menimpa RF, siswa SMP Negeri Rangkasbelitung, Lebak, Banten. Tekadnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di beberapa SMK di Rangkasbitung pupus karena kondisi difabilitasnya. Kasus lain menimpa  BKR, seorang anak yang memiliki hambatan mobilitas yang ditolak di beberapa SD di Pekanbaru, dan dua anak difabel penglihatan asal Makassar yang ditolak saat melakukan Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA dan SMK di Sulawesi Selatan.

Kontestasi Politik Mengorbankan Anak

~~ M. Syafi'ie


Kontestasi politik semakin tidak mengenal batas baik-buruk, layak atau tidak layak, benar atau salah. Kampanye politik yang memperebutkan simpati publik kerap dilakukan dengan cara-cara yang tidak sepantasnya. Salah satu yang menjadi korban dari aktifitas politik adalah anak-anak, sebagian mereka dilibatkan dalam aktifitas dukung mendukung calon, dan harus mendengarkan ragam pendapat tim sukses yang umumnya berisi ujaran kebencian yang dilontarkan kepada pihak lawan. Anak-anak secara langsung atau tidak langsung telah menjadi korban dan membayakan untuk interaksi sosial mereka kedepannya.

Sudah Saatnya Perda Disabilitas direvisi

~~ M. Syafi'ie

Enam tahun yang lalu, Pemerintah Provinsi Yogyakarta mengesahkan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Peraturan ini cukup menggembirakan karena melibatkan beberapa organisasi difabel yang ada di Yogyakarta. Tokoh-tokoh difabel memberikan masukan dan menyusun substansi Peraturan Daerah ini. Di masanya, Perda ini diapresiasi oleh banyak pihak dan beberapa daerah di Indonesia ikut mempelajari Perda yang menjamin hak-hak difabel di Yogyakarta.
Di antara rujukan penting Peraturan Daerah ini adalah Undang-Undang No. 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of Persons With Disabilities. Pengesahan konvensi internasional ini sepertinya menjadi penyemangat beberapa aktifis difabel di Yogyakarta agar dapat memasukkan substansi yang sangat penting ke dalam Peraturan Daerah. Pada aspek yang lain yang ini menjadi catatan kritis, Perda ini masih merujuk pada Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, yang secara normatif telah dikritik oleh komunitas difabel karena isinya sangat yang medis dan berisi stigma negatif.

31 October 2018

Belajar Menjadi Minoritas

~~M. Syafi'ie
Saya sering berandai-andai bagaimana rasanya menjadi orang dan kelompok minoritas? Apa yang saya akan rasakan? Apa sikap saya saat diasingkan dan dihukum orang lain?
Ternyata tidak sulit menjadi minoritas. Kita bisa mencoba dari hal-hal sederhana dan berbeda dengan kelompok mayoritas. Misal, saya kadang menggunakan seragam berbeda dengan seragam umum di kantor. Hasilnya ada yang menatap aneh, ada yang bilang terlalu serius, dan ada yang bilang tidak serius. Saya kadang pakai sandal ketika kuliah dulu. Hasilnya dilihatin aneh, pernah diledekin, dan pernah dihakimi petugas, dan ada beberapa pengalaman lain yang unik.

Belajar dari pengalaman, saya punya beberapa kesimpulan : pertama, menjadi minoritas itu malu. Ada perasaan tidak enak saat dilihat aneh dan dibicarakan oleh kelompok mayoritas. Kedua, menjadi minoritas itu harus siap diasingkan, setidaknya tidak diundang dalam acara sosial kelompok mayoritas. Ketiga, menjadi minoritas itu harus siap dihakimi, dipersalahkan, dan kadang tidak diakui hak berpendapatnya. Keempat, menjadi minoritas itu tetap terasa enak di hadapan mayoritas, yaitu saat kelompok mayoritas menghargai dan tidak menghakimi.
Bagi saya, menjadi pribadi dan kelompok minoritas atau mayoritas itu tidak masalah, sebab Allah memang menciptakan segenap perbedaan pada diri manusia dan kelompok-kelompok manusia. Terpenting dari kenyataan itu adalah terpeliharanya sikap toleran pada yang berbeda, menjaga persaudaraan sebagai sesama manusia, menjunjung harkat dan martabat manusia, dan kalau pun mengingatkan, lakukanlah dengan cara yang terbaik.
Dari memakai sandal dan baju yang tak seragam, saya bisa belajar betapa menjadi minoritas itu -- baik suku, keyakinan, bahasa, sikap politik, status, madzhab, dst-- sangat tidak nyaman.
x

Hijrah dan Hijriah yang Saya Pahami

~~ M. Syafi'ie
Hijrah itu, pertama, tanda berubahnya cara pandang dari pribadi yang memperbudak dan memandang rendah orang lain menjadi orang yang memanusiakan manusia. Di antara ajaran penting Nabi Muhammad adalah perjuangan melawan sistem perbudakan, penghormatan terhadap perempuan, dan mengajarkan kesetaraan antar manusia.
Kedua, berubahnya cara pandang dari diri yang diperbudak berhala (benda-benda, hawa nafsu, amarah, gila kuasa, gila harta, gila pria/wanita) menjadi pribadi yang hanya menyembah Allah semata. Seperti pesan Gus Mus : Bebaskan dirimu dari belenggu penjajahan siapa dan apa saja, kecuali Allah. Maka Engkau akan merasakan betapa nikmat kemerdekaan yang sesungguhnya. Pesan Gus Mus adalah tauhid.

Hukum dan Hakim Profetik

~~ M. Syafi'ie

Tiba-tiba segerombolan mahasiswa datang. Setelah salaman, ternyata mereka adalah peserta LK II HMI Cabang Jogja dan ingin ngobrol-ngobrol hukum profetik. Mereka berkunjung ke Pusham UII dan LBH Jogja.
Setelah kenalan dan berbasa-basi, ada pertanyaan yang cukup memusingkan : apa yang Bapak ketahui tentang hukum profetik? Pertanyaan yang sulit.
Saya bilang, untuk tahu apa itu hukum profetik, kita mesti baca dulu buku-buku Kuntowijoyo. Ia merumuskan Ilmu Sosial Profetik (ISP) yang terinspirasi dari tulisan Roger Garaudy dan Muhammad Iqbal. Pilar ISP menurut Kunto adalah humanisasi (beliau tafsir sebagai amar ma'ruf), liberasi (belian tafsir dari nahi mungkar) dan transendensi (beliau tafsir sebagai tu'minuna billah) yang termaktub dalam surat Ali Imron : 110.

Pertama, humanisasi secara obyektif Kunto artikan sebagai memanusiakan manusia, menghilangkan kebendaan, ketergantungan, kekerasan dan kebencian dari manusia. Sejalan dengan amar ma'ruf yang dimaknai mengangkat dimensi positif manusia. Kedua, liberasi secara obyektif dimaknai pembebasan dari kebodohan, kemiskinan dan penindasan. Sejalan dengan nahi munkar yang berarti melarang atau mencegah segala kejahatan yang merusak. Ketiga, transendensi bermakna teologi yang menjadi basis tertinggi teoritik ISP Kuntowijoyo.
Hukum profetik merujuk Kunto berarti hukum yang didalamnya hidup semangat humanisasi, liberasi dan nuansa transenden dari para penegak hukumnya. Jangan dikira penegak hukum bebas melakukan apa saja, ada pertanggungjawaban besar bagi mereka di alam baka kelak.
Pertanyaan berikutnya, siapa kira-kira hakim profetik di Indonesia? Pertanyaan yang tak kalah sulit saya pikirkan.
Saya bilang, Anda tahu pak Artidjo Alkostar? Dia hakim agung. Ia alumni Universitas Islam Indonesia, pernah aktif di HMI, dan pwrnah menjadi Direktur LBH Yogyakarta. Ia menangani kasus Anas Urbaningrum yang kita tahu adalah mantan Ketua PB HMI dan menantu kyai besar.
Apakah pak Artidjo bermain mata untuk kasus Anas Urbaningrum? Saya pikir tidak. Ia memperberat hukuman Anas dari 7 tahun menjadi 14 tahun. Sama seperti kasus Angelina Sondakh, Luthfi Hasan Ishak, dan para koruptor yang lain. Dalam pandangan saya, Pak Artidjo telah menjalankan prinsip-prinsip profetik dalam penegakan hukum di Indonesia.
Para peserta LK II HMI agak terperangah mendengar contoh yang saya berikan. Pak Artidjo dan Anas Urbangningrum ternyata sama-sama pernah di HMI.
x

Gempa Sebagai Azab

~~ M. Syafi'ie

Madura tempat saya lahir kemarin gempa. Berselang beberapa jam dari kejadian saya telpon Ibu tapi tidak diangkat, akhirnya paman yang merespon. "Semua baik-baik, hanya kayak dibangunkan."
Saya bersyukur sebagian besar dalam keadaan baik. Walaupun duka dan doa tetap terucap bagi beberapa korban yang meninggal, luka-luka dan rumahnya roboh. Gempa berkekuatan 6,4 skala richer yang berpusat di Situbondo ini lumayan besar, setidaknya lebih besar dari gempa Jogja tahun 2006 yang kekuatannya 5,9 SR. Korban jiwa di Jogja sangat besar, karena lebih dari 6000 orang meninggal.

Ekspresi Politik Umat Islam

~~ M. Syafi'ie
Membaca ekspresi agama dan politik umat Islam semakin kabur saja. Sulit melakukan identifikasi secara sederhana. Mungkin itu akibat dari 'kontestasi politik' yang cenderung pragmatis dan mengkaburkan pemikiran yang bersifat ideologis.
Secara umum, pandangan umat Islam melihat agama dan negara setidaknya terbagi menjadi tiga, pertama, Islam dinilai memiliki sistem politik dan pemerintahan. Bentuk negara Islam sudah ada. Di antara tokoh pandangan ini adalah Hassan Al-Banna dan Sayyid Qutb.
Kedua, di dalam Islam tidak ada sistem politik dan pemerintahan. Syariat Islam tidak menentukan bentuk negara Islam yang baku. Namun demikian, Islam memiliki ajaran tentang kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Diantara tokoh pandangan ini adalah Fazlurrahman, Husein Haikal dan Qomaruddin Khan.

Hak atas Informasi Penyandang Disabilitas


~~ M. Syafi'ie

Penyandang disabilitas, juga dikenal sebagai penyandang difabel yang notabene singkatan dari bahasa Inggris different ability people atau diferently abled people, yaitu orang-orang yang berbeda kemampuan.[1] Istilah lainnya ialah differently able, yang secara harfiah berarti sesuatu yang berbeda atau yang memiliki kekurangan.
Dalam Convention on the Rights of Persons with Disabilities, penyandang difable dituliskan sebagai penyandang disabilitas, yaitu mereka yang memiliki penderitaan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama dimana interaksi dengan berbagai hambatan dapat menyulitkan partisipasi penuh dan efektif dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan lainnya.[2]

23 August 2018

Perasaan Seorang Muslim

~~ M. Syafi'ie
Apa perasaanmu saat Islam dipersalahkan karena satu persoalan sosial yang melibatkan perilaku seorang muslim? Sebagai muslim, saya sangat sedih. Apa yang saya rasakan umumnya dirasakan orang muslim yang lain.
Setidaknya dua hal yang mesti saya sadari, Pertama, Islam dan orang Islam adalah dua hal yang berbeda. Kesalahan seorang muslim karena melakukan kekerasan tidak serta merta sejalan dengan ajaran Islam itu sendiri. Maka, yang patut dipersalahkan 'oknumnya' bukan 'Islamnya'. Dalam hal ini tidak tepat ada pembenaran terhadap aksi teror, pelaku pengrusakan, pelaku kekerasan, dan lain-lain walaupun 'kerap' atas nama agama.


Kedua, Islam itu ajaran agung dan berisi prinsip-prinsip mulia yang termaktub secara utuh dalam Al-Qur'an dan Hadist. Islam sebagai 'ajaran' dianut oleh muslim yang 'beragam' di dunia. Wajah muslim dengan demikian sangat berwarna, tergantung kepribadian muslim, tempat ia dibesarkan, sejarah sosial yang membesarkannya, rujukan madzhabnya, dan organisasi keagamannya. Level keberagamaan seorang muslim bertingkat. Kata guru saya, ada muslim yang levelnya masih syariah, ada yang sudah thariqah dan haqiqat; ada muslim yang levelnya masih bidayah (permulaan), ada yang sudah mutawassithah (pertengahan), dan nihayah (puncak, akhir).
Dari dua alasan tersebut, sangat wajar perilaku orang Islam beragam. Semua orang yang penting sudah bersyahadat, semua tindakannya sudah bisa mengatasnamakan 'Islam', walaupun bagi muslim lain yang sudah terpelajar belum benar atau tidak layak. Ketika ada orang Islam yang dipersalahkan, maka sebenarnya orang Islam lain sebenarnya jangan cepat-cepat sewot. Pertama, lihat dan cermati dulu perilaku dan kasusnya secara obyektif. Kedua, hukumi kasus yang tidak tidak nyaman tersebut secara obyektif pula.
Kebenaran itu obyektif, bisa diterima oleh siapa pun. Kebenaran dan kebaikan yang diajarkan Islam itu common sense, pijakan pentingnya akal sehat. Pesan Allah SWT kepada Nabi, "Katakanlah (Muhammad), tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyak keburukan itu menarik hatimu..." (Qs. Al-Mai'dah : 100)
x

Toa dan Meliana

~~ M. Syafi'ie
Di kampung saya, corong, toa dan sound system ada di mana-mana. Ada yang pengajian, ada yang dangdutan, ada yang nyetel kidung ludruk, dan lain-lain. Di antara banyak bunyi, tidak semua saya suka. Pertama, suara satu dengan yang lain saling bertubrukan. Kedua, apa yang diputar tidak sesuai selera saya.

Jati Diri Anak

~~ M. Syafi'ie
Bisakah kita mengantarkan anak-anak menemukan jati dirinya? Sebagai orang tua saya selalu bertanya soal ini. Saya adalah bagian dari lingkungan yang membentuk jati diri seorang anak.
Pertanyaan ini muncul karena dalam beberapa kajian disebutkan bahwa anak yang tidak berhasil menemukan jati dirinya, dia akan tersiksa, terbelenggu, dan hidup dalam keterpaksaan yang sulit dilawannya. Dia akan bergerak atas desakan eksternal, dan mengesampingkan diri yang otentik.

Happy Kids dan Aku Belajar

~~ M. Syafi'ie

Sekitar tahun 2009-2010, saya kesana kemari mengantarkan istri yang mengajar di almamaternya : Pesantren An-Nawawi Purworejo. Ia juga mengajar di lembaga les privat. Sampai akhirnya ia hamil dan melahirkan. Ia berhenti total beberapa saat.
Beberapa bulan setelah lahiran, rupanya ia tak mau diam. Entah dari mana jalannya, tiba-tiba ada teman yang menawarkannya agar bisa membantu jadi guru di salah satu pesantren di Jogja. Berselang beberapa bulan, ia menjadi pengasuh anak di Primagama, dan setengah tahun kemudian menjadi Kepala Sekolah TK Khalifah di Jalan Kaliurang.

Jualan Keripik

~~ M. Syafi'ie

Tahun 2010, kami jualan ragam cemilan dan keripik di salah satu ruko daerah Berbah, Sleman. Dagangan kami beli di pasar.
Hebatnya jualan kami laris manis setelah magrib. Banyak orang beli untuk keperluan acara kumpulan, ronda, dan umumnya sekedar untuk nyemil keluarga.

Gambar Neraka

~~ M. Syafi'ie
Tiba-tiba anak cerita, "Yah, hidup di neraka itu kejam ya. Ada orang yang buncit perutnya, isinya nanah. Ada orang digergaji. Ada orang yang merokok, tapi rokoknya dari api, mengerikan sekali. Kejam sekali."

30 July 2018

Kamus Bahasa Madura

`` M. Syafi'ie
Saat mau menikah, saya dihadapkan dengan takdir bahwa semua kita berbeda. Salah satunya bahasa. Saya dari madura, otomatis keluarga saya berbahasa madura. Istri saya campuran : Bapak mertua Jawa, Ibu mertua Jakarta. Ketiganya tinggal di Riau, Sumatra.
Ketika menikah, kenyataan itu terjadi. Mertua dan istri tidak bisa berbahasa madura, dan Ibu saya tidak fasih berbahasa Indonesia. Terjadilah percakapan dengan bahasa isyarat. Saat itu saya semakin mengerti, bahwa bahasa isyarat adalah bahasa paling mudah dicerna dan lebih universal dibanding bahasa yang lain.

Al-Munawwir dan Bahasa Agama

`` M. Syafi'ie
Ini Al-Munawwir, kamus bahasa arab terlengkap yang saya miliki. Disusun Ahmad Warson Munawwir, ditelaah dan dikoreksi oleh KH. Ali Ma'shum dan KH Zainal Abidin Munawwir. Di kamus ini ribuan kata disajikan.
Melihat kamus besar ini betapa kaya kata dan makna bahasa arab itu. Pada terbitan kedua ini saja (1997), penyusun mengakui kesulitan memasukkan kosa kata arab dan maknanya yang berkembang pesat seiring perkembangan budaya dan teknologi.

Beragama di Kampung

`` M. Syafi'ie
Satu minggu ini saya disuguhkan tiga acara yang menopang satu sama lain. Ketiganya menandai bangunan toleransi di kampung.
Pertama, syawalan kampung yang dihadiri warga lintas iman. Penceramah dan Ketua RT menekankan pentingnya saling menghargai. Kedua, pernikahan tetangga yang beragama Kristen. Doa dipimpin seorang Romo, dan tak lupa meminta warga yang tidak seagama untuk berdoa kepada Tuhan masing-masing demi kebaikan mempelai. Ketiga, pernikahan anak tetangga yang beragama Islam. Acara dimeriahkan hadrah, penceramah agama dan warga yang berbeda agama berbaur. Interaksi guyup lintas iman seperti ini tidak bisa ditemui di satu komunitas yang homogen. Tapi, di masyarakat yang heterogen kita akan menyaksikan warna-warni perayaan.

Agama Hibrida

```M. Syafi'ie
Coretan itu masih terkenang, setidaknya saya membacanya saat di pesantren dulu. Dalam makalah ini Nurcholis Madjid menguraikan tentang ajaran agama Islam yang hibrida, tidak murni sebagai produk arab.
Di antara yang Nurcholis contohkan, orang ahlussunnah wal jamaah mengenal 20 sifat Allah. Lalu ada klasifikasi sifat wajib, jaiz dan mustahil. Di antara sifatnya, Tuhan itu disebut abadi (qodim). Secara akal, Tuhan itu harus qodim, harus alpha, yang artinya tidak ada permulaan, dan mustahil Tuhan itu jadid (baru). Logika wajib dan mustahil jika diteliti sangat Aristotelian.
Contoh berikutnya adalah mihrab masjid. Menurut Nurcholish, di Pondok Indah Jakarta ada satu masjid namanya Masjid Biru. Di sana tidak dibangun mihrab dan ruang kecil untuk imam. Mengapa? Soalnya sang arsitektur tahu bahwa mihrab adalah tiruan dari gereja.

Wisata Makam di Sumenep

`` M. Syafi'ie

Suatu saat ada teman nanya, "Wisata apa yang populer di madura." Saya bingung menjawabnya. "Setahu saya makam." Teman saya kaget. "Masyarakat madura biasa mengaji di makam. Kunjungan dipastikan bisa mengalahkan kunjungan ke mall," jawab saya sambil ketawa.
Salah satu makam yang biasa dikunjungi di madura adalah Asta Tenggih. Ini tempat makam raja dan sebagian ulama' Kabupaten --dulu kesultanan atau negara-- Sumenep. Lokasinya berada di dataran tinggi di Desa Kebunagung, Kota Sumenep.

Yusuf Qordhawi yang Ikhawanul Muslimin

```M. Syafi'ie

Dua buku Yusuf Qordhawi yang telah saya baca, yakni Fiqh Perbedaan Pendapat (Fiqh Ikhtilaf) dan Islam Jalan Tengah : Menjauhi Sikap Berlebihan dalam Beragama.
Mengapa suka Qordhawi yang notabene pengagum Hassan Al-Banna dan pernah dipenjara rezim Mesir karena terlibat dalam organisasi Ikhwanul Muslimin? Itulah uniknya. Qordawi termasuk sosok pemikir, dan ia biasa berbeda pendapat dengan pemikir Islam lainnya, termasuk dengan mereka yang suka dengan semangat takfiri. Mungkin karena biasa 'didebat bahkan dikafirkan', Qordhawi melahirkan dua buku yang sangat berguna di atas.

15 May 2018

Ketemu Yeni Rosa

~~ M. Syafi'ie
Untuk kesekian kalinya saya ketemu Yeni Rosa Damayanti di beberapa forum. Beliau adalah Ketua Perhimpunan Jiwa Sehat, suatu organisasi yang menghimpun dan mengadvokasi difabel mental di Indonesia, bermarkas di Jakarta.
Jauh sebelum mengenal Yeni sebagai aktivis difabel mental, saya mengenalnya sebagai aktivis 1998 yang suaranya sangat lantang mengkritisi rezim Soeharto yang otoritarian. Karena kagum, saya mengajaknya selfi tadi pagi.

Artidjo Alkostar

~~ M. Syafi'ie
Siapa yang tak kenal dengan beliau. Sosok hakim fenomenal dengan putusan-putusannya. Saya termasuk yang beruntung bisa menjadi salah satu mahasiswanya. Pagi tadi ketemu dan akhirnya bisa foto bareng.
Salah satu yang saya ingat dari pak Artidjo, norma hukum menurutnya tidak bisa berdiri sendiri. Formulasi dan katagorisasi dalam norma hukum tersambung dengan asas-asas, dan tersambung lagi dengan nilai yang lebih dalam yakni nilai logis, etis dan estetis (harmoni dan keindahan). Seorang penegak hukum menurutnya tidak bisa berhenti di level norma yang pasti akan tergerus zaman, tetapi harus mampu menggali nilai tertinggi dalam sebuah konstruksi norma. Putusan hukum baginya mesti diletakkan dalam spirit yang terhubung dengan semangat ideal dan kehidupan komunitas manusia.

Gus Dur dan Soekarno

~~M. Syafi'ie
Melihat gambar pemimpin dunia, yang saya kagumi hanya dua : Gus Dur dan Soekarno. Keduanya pemimpin Indonesia.
Gus Dur, saya mengaguminya sejak sebelum jadi Presiden. Kaos partai PKB yang semestinya dibagi gratis, saya membelinya semasa di pesantren. Kenapa? Ada gambar Gus Dur. Semasa hidup, Gus Dur sangat concern dan peduli pada manusia dan kemanusiaan. Sebagai intelektual Islam, ia mencurahkan gagasan Islam yang toleran dan berkontribusi demi tegaknya nilai-nilai kemanusiaan yang universal.

Ketenaran

~~~ M. Syafi'ie
Di zaman lampau, seseorang datang menghadap Imam Zainal Abidin, "Saya mengenal engkau sebagai seorang pemimpin dan guru. Saya mohon agar saya diidzinkan belajar di bawah bimbinganmu."
Imam Zainal bertanya, "Mengapa engkau begitu yakin bahwa saya adalah seorang pemimpin dan seorang guru?" Orang itu menjawab, "Selama hidup saya telah mencari-cari. Namun belum pernah saya menjumpai seseorang dengan nama yang sedemikian harum karena kebajikan, kehangatan dan keelokan rupanya seperti engkau."

Bomber Perempuan dan Anak

~~~
Salah satu bomber gereja di Surabaya mengejutkan. Pelakunya seorang ibu, dan ia melibatkan dua anak perempuannya. Suaminya ngebom di gereja sendirian, dan dua anak laki-lakinya beraksi di gereja yang lain.
Melihat perempuan dan anak-anak dalam aksi bom bunuh diri sungguh tidak lazim. Setahu saya ini baru pertama di Indonesia. Di negara-negara konflik yang lain seperti Afganistan dan Irak, bom bunuh diri perempuan sudah biasa.


Kaum Takfiri

~~~
Saya sempat membayangkan, negara Indonesia ini akan seperti Afganistan dan atau Irak pada saatnya. Di mana akan ada bom bunuh diri, dan negara ini tak lagi aman untuk dihuni.
Pikiran saya didasarkan pada beberapa pikiran, pertama, ada sebagian muslim yang ada di Indonesia jelas telah berideologi takfiri. Mereka menganggap umat yang 'tidak seakidah' sebagai kafir, dan pada level tertentu disaat mereka merasa dikucilkan, mereka pun berfikir bahwa mereka hidup di lingkungan yang tidak aman. Karena itu jihad perang menjadi penting. Salah satu caranya adalah bom bunuh diri

25 March 2018

Muslim Tidak Tunggal

~~ M. Syafi'ie

Saya berdiskusi dengan banyak teman di pergerakan Islam, dan umumnya mengatakan bahwa mereka merindukan persatuan umat dan pergerakan Islam.
Saya sempat memikirkannya cukup lama, sampai saya memahami bahwa umat Islam tidak mungkin disatukan dalam arti ditunggalkan. Umat Islam sesuai latar geografis, madzhab, ragam organisasi, afiliasi ideologi, dan seterusnya tak mungkin disatukan. Kalau hendak diperjuangkan, sebenarnya bisa tapi pada level yang prinsipil dan common sense. Ruhnya adalah persaudaraan seiman.



Cadar dan Hak Asasi Manusia

~~M. Syafi'ie

Apa pendapatmu tentang kontroversi larangan penggunaan cadar yang sedang ramai di UIN Sunan Kalijaga?
Pertama, saya banyak teman yang pakai kerudung atau hijab, ada yang tidak pakai kerudung, dan ada beberapa menggunakan cadar (niqab/burqo). Saya sih biasa-biasa saja. Kedua, saya sejak di pesantren sudah diberitahu tentang ikhtilaf atau perbedaan pendapat Ulama' tentang penggunaan hijab, termasuk yang ektrem menggunakan niqab, burqo atau tidak berkerudung.


21 March 2018

Penanganan Konflik Bernuansa Agama Untuk Kepolisian dan Pemerintah


~~ M. Syafi'ie

Konflik bernuansa agama menjadi problem serius yang dihadapi negara Indonesia saat ini. Banyak kasus terjadi, mulai kekerasan, intimidasi, penyekapan, ujaran kebencian (hate speech) penyegelan  dan pembakaran rumah ibadah, sampai dengan pembunuhan terhadap orang-orang yang dituduh sesat. Peristiwa konflik kekerasan bernuansa agama menyebar di seluruh Indonesia. Merujuk berbagai laporan tahun 2015, dominasi konflik bernuansa agama terjadi di Jawa Barat, Aceh, Jawa Timur, Jakarta dan Yogyakarta.


Pendidikan Agama Yang Menghargai Manusia

~~ M. Syafi'ie


Pendidikan adalah proses pembebasan
dan pendidikan adalah proses pembangkitan kesadaran kritis
[Paulo Freire]
  

Kita terkejut dengan informasi bahwa ada seorang anak yang mengkafirkan  temannya gara-gara berbeda agama dan menganggapnya sebagai orang yang berbeda. Informasi itu berkembang luas karena diutarakan oleh Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta setelah mendapat pengaduan dari salah satu wali murid terkait potret intoleransi pelajar yang terjadi di sekolah.

Pengkafiran pelajar ternyata ditopang oleh ragam informasi yang memperlihatkan menguatnya cara pandang eksklusif di kalangan pelajar. Di beberapa sekolah, lewat kegiatan-kegiatan OSIS terlihat kegiatan yang semakin menjauhkan dari semangat kebersamaan antar lintas keyakinan dan bahkan mendiskreditkan terhadap keyakinan yang berbeda. Keyakinan agama di kalangan pelajar semakin dibuat tertutup dan dijauhkan untuk dapat berdialog dengan ragam kepercayaan, keyakinan dan bahkan dengan ragam pilihan madzhab. Dialog lintas agama dicegah, dialog lintas madzhab dan pemikiran tidak dibangun.


Klitih Jogja : Krisis Lingkungan Sosial


~~ M. Syafi'ie


Penghinaan secara verbal yang dilakukan dengan konsisten,
secara tidak disadari memiliki dampak penghancuran yang tidak kalah kuatnya
terhadap diri seseorang
[Wahyu Bramastyo]

Yogyakarta kembali ramai diperbincangkan. Saat ini tentang kondisi para remajanya yang terlibat praktek kekerasan klitih. Orang-orang awalnya tak peduli dengan istilah klitih ini, bahkan sebagian orang menganggapnya sebagai kebiasaan orang secara umum yang sehari-hari mencari kesibukan. Klitih atau aslinya Nglithih/klithih merupakan Bahasa Jawa yang berarti mencari kesibukan di saat senggang.