“Saya
itu prihatin terhadap tindakan-tindakan penangkapan
atas
nama terorisme di Solo.
Semua
peristiwa pasti diawali dengan tindakan-tindakan yang tidak manusiawi.
Hampir
semua penangkapan terhadap mereka yang dituduh teroris
diawali
dengan ditabrak, tidak ada surat
penangkapan,
diantara
mereka ditembak di tempat,
dan
ada beberapa yang salah tangkap.”
(Hendro,
Penasehat hukum
Jemaah Anshorut
Tauhid)
Butuh
beberapa jam saya menunggu Addurrahman. Panggilannya Durrahman. Seorang
remaja berumur 20 tahun dan saat ini
tercatat sebagai santri Ma'had Abu Bakar cabang dari Universitas Muhammadiyah
Surakarta (UMS). Durahman ditangkap gara-gara dituduh teroris. Dia tidak pernah
menduga akan terjadi penangkapan pada dirinya. Siang itu dia pergi ke Solo
Square dan jalan-jalan disana. Tidak disangka, setelah keluar
dari tempat itu tiba-tiba dia diringkus, dipukuli berkali-kali dan
dilumpuhkan. Orang-orang yang melakukan itu, semuanya berbadan besar dan tegap.
Sampai disitu, Durahman masih belum mengerti siapa yang melakukannya. Yang
pasti, ia tidak dapat melawan dan hanya terkaget-kaget. “Saat itu saya langsung
dipukul, dilumpuhkan dan ditandar ke belakang. Saya sangat kaget. Semua orang
di Solo Square melihat saya dipukuli. Saya sangat malu diperlakukan seperti itu
di depan banyak orang”