`` M. Syafi'ie
Saat mau menikah, saya dihadapkan dengan takdir bahwa semua kita berbeda. Salah satunya bahasa. Saya dari madura, otomatis keluarga saya berbahasa madura. Istri saya campuran : Bapak mertua Jawa, Ibu mertua Jakarta. Ketiganya tinggal di Riau, Sumatra.
Ketika menikah, kenyataan itu terjadi. Mertua dan istri tidak bisa berbahasa madura, dan Ibu saya tidak fasih berbahasa Indonesia. Terjadilah percakapan dengan bahasa isyarat. Saat itu saya semakin mengerti, bahwa bahasa isyarat adalah bahasa paling mudah dicerna dan lebih universal dibanding bahasa yang lain.