23 November 2020

Literasi dan Generasi Unggul

 ~~ M. Syafi'ie

 

 Tulisan ini ingin menghadirkan kesadaran bahwa kaum terdidik saat ini merupakan generasi yang diharapkan untuk masa depan Indonesia. Pada tahun 2018, BPS merilis data bahwa jumlah penduduk dengan rentang usia 15-39 tahun telah mencapai 39.96% dari total keseluruhan penduduk Indonesia. Data ini menjelaskan perihal eksistensi generasi milineal dalam struktur jumlah penduduk usia produktif dan akan menjadi bonus demografi untuk Indonesia.

Bonus demografi bermakna kondisi struktur kependudukan Indonesia yang didominiasi oleh kalangan usia produktif, yang dalam hal itu diperkirakan dimulai pada tahun 2020 dan diprediksi Badan Pusat Statistik akan berakhir tahun 2036. Dalam rentang tahun tersebut penduduk produktif usia 15-68 tahun diprediksi berada di kisaran 70%, sedangkan usia non produktif yang umurnya kurang dari 14 tahun dan lebih dari 65 tahun berada di kisaran 30%. Bonus demografi merupakan peristiwa langka dan karena itu dinilai menjadi berkah untuk Indonesia. Sebagian kalangan menyebutnya dengan Indonesia emas. Benarkah Indonesia emas itu akan terjadi?

 


  Indonesia Emas merupakan impian dimana Indonesia akan berada di puncak kejayaannya, yaitu sebuah negara  yang katanya akan dapat bersaing dengan negara-negara maju di dunia, dan dinilai akan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan sosial dan kenegaraan seperti kemiskinan, ketimpangan sosial, ketidakadilan, dan persoalan korupsi yang menggerus tata kelola layanan publik. 

Mencapai Indonesia Emas sudah pasti tidak mudah, dibutuhkan kerja keras, desain strategi nasional, dan keterlibatan semua untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berusia produktif, utamanya mendorong para generasi muda yang lebih berkualitas, pembelajar, berintegritas, kreatif-inovatif, inisiator, berbudi baik, dan terlibat aktif dalam membangun kohesi sosial, bangsa, dan negaranya.

Tantangan

Di tengah bonus demografi, penduduk produktif saat ini dihadapkan dengan beberapa tantangan, antara lain soal teknologi. Kita tahu kemajuan teknologi saat ini berkembang dengat pesat dan bahkan tidak terbendung. Beberapa kalangan telah menikmati dan mendesain teknologi sehingga memberi makna kemanfaatan buat sesama manusia. Pada sisi yang lain, banyak kalangan utamanya anak-anak muda yang tidak mampu menyaring akses informasi yang sangat terbuka dan bahkan cenderung liar. Misal di  banyak media sosial berkembang penyebaran informasi hoax, pornografi, hate speach, dan beberapa tindakan lain di dunia maya yang mengarah pada pelanggaran hukum.

Tantangan lainnya ialah pengangguran. Pada tahun 2019, Badan Pusat Statistik melansir data bahwa pengangguran per Februari menurun. Tetapi lulusan diploma dan universitas banyak yang tidak bekerja. Kondisi ini memperlihatkan bahwa generasi muda terdidik membutuhkan penguatan kapasitas dan ketrerampilan untuk berwirauaha. Kondisi ini mendorong banyaknya universitas berbenah dan memberikan keterampilan berwirausaha kepada mahasiswa. Bahkan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sedikit membuat terobosan kebijakan, diantaranya mendorong kolaborasi antara perguruan tinggi, industri dan pengusaha, serta dan mendorong kebijakan Kampus Merdeka, di mana para mahasiswa dituntut terbuka dan belajar di luar disiplin keilmuannya.

Kedua tantangan di atas sebenarnya menjadi penyemangat untuk memperbaiki keadaan. Di tengah problem yang ada, ada beberapa anak bangsa yang mengukir prestasi dengan memanfaatkan pengetahuan teknologi dan mandiri dalam berwirausaha.

 Memulai dari Literasi

Dalam satu kesempatan Bill Gates berkata, “Jika  budaya anda tidak menyukai orang-orang yang kutu buku, anda berada pada masalah serius.” Bill Gates yang notabene pendiri Microsoft dan selalu masuk sebagai orang terkaya dunia sangat tegas menyatakan betapa penting dunia literasi untuk meningkatkan kualitas diri dan mewujudkan relasi yang tinggi kepada manusia dan lingkungan.

Pernyataan Bill Gates juga memberi penjelasan bahwa menjadi pengusaha sukses tidak serta merta hanya membangun pundi-pundi kekayaan yang hanya dinikmati sendiri dan merusak terhadap lingkungan dan relasi kemanusian. Kecintaaan terhadap buku dan dunia literasi akan mengantarkan seorang pengusaha untuk lebih bermartabat dan semakin mengerti untuk belajar secara terus menerus.

Saat ini, tradisi literasi Indonesia terbilang cukup rendah. Dalam studi Indeks Literasi Membaca 34 Provinsi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2019 menyatakan  beberapa hal, antara lain : Pertama, Indeks Alibaca nasional masuk dalam kategori aktifitas literasi rendah, sedangkan pada indeks provinsi sebanyak 9 provinsi masuk dalam katagori sedang, 24 provinsi masuk dalam katagori rendah, dan 1 provinsi masuk dalam katagori sangat rendah. Kedua, dari peringkat Indeks Alibaca provinsi, terdapat tiga provinsi yang memiliki indeks tertinggi, yaitu DKI Jakarta yang menduduki posisi pertama, disusul Yogyakarta dan Kepulauan Riau. Sedangkan tiga provinsi yang memiliki indeks terendah ialah Papua, Papua Barat dan Kalimantan Barat.

Dalam studi yang dilakukan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan juga menyatakan bahwa salah satu yang nilainya rendah ialah terkait dimensi budaya, dimana masyarakat masih belum memiliki kebiasaan untuk mengakses bahan-bahan literasi. Dalam konteks perilaku, masyarakat dinilai masih rendah dalam membaca buku, koran, majalah, rendah dalam membaca artikel media online, dan termasuk rendah untuk berkunjung ke perpustakaan umum.

Kondisi di atas memperlihatkan bahwa salah satu tantangan negara Indonesia saat ini ialah membangun kualitas sumber daya manusia yang lebih terdidik dan memiliki kecintaan terhadap dunia literasi. Dalam hal ini, sudah selayaknya pemerintah mendorong pembangunan manusia yang lebih berkualitas.

Tanggungjawab Pemerintah

Indonesia saat ini sedang berlimpah dengan generasi muda. Apakah ini betul menjadi berkah? Bisa saja bila generasi saat ini dikawal menjadi generasi yang berkualitas. Penulis berpendapat bahwa generasi berkualitas ialah mereka yang sudah terbuka cara berfikirnya, memiliki minat belajar yang tinggi, terdidik, dan terasah skill inovasi dan kreatifitasnya.

Salah satu fondasi mewujudkan generasi berkualitas ialah terbangunnya menguatnya sumber daya manusia. Presiden Joko Widodo dalam suatu kesempatan menyatakan pernah menyatakan bahwa Negara-negara maju merupakan negara yang memiliki kualitas infra struktur dan sumber daya manusia (SDM) yang baik. Infra struktur dan SDM merupakan tahapan awal bagi sebuah negara untuk menjadi negara maju. Infra struktur telah dibangun di era pemerintahan ini, tinggal mengawal peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Apakah itu kualitas sumber daya manusia itu hadir? Kita meminta tanggungjawab pemerintah agar lebih serius mendorong penguatan literasi di berbagai daerah. Utamanya di daerah-daerah terpencil. Buku, bahan bacaan, dan komunitas belajar perlu di support besar-besaran. Anak-anak muda perlu didorong agar kuat pengetahuan, skill, dan kreatifitasnya. Anak-anak muda perlu diarahkan agar dapat menjadi bagian yang berkontribusi untuk kemanusiaan, keadilan, dan keadaban bangsa dan negaranya.