30 July 2018

Wisata Makam di Sumenep

`` M. Syafi'ie

Suatu saat ada teman nanya, "Wisata apa yang populer di madura." Saya bingung menjawabnya. "Setahu saya makam." Teman saya kaget. "Masyarakat madura biasa mengaji di makam. Kunjungan dipastikan bisa mengalahkan kunjungan ke mall," jawab saya sambil ketawa.
Salah satu makam yang biasa dikunjungi di madura adalah Asta Tenggih. Ini tempat makam raja dan sebagian ulama' Kabupaten --dulu kesultanan atau negara-- Sumenep. Lokasinya berada di dataran tinggi di Desa Kebunagung, Kota Sumenep.


Di antara sesepuh di makam ini adalah Pengeran Panji Pulang Jiwa. Konon almarhum memiliki keistimewaan luar biasa. Di medan perang, beliau sempat dinyatakan meningggal. Prajuritnya sedih bukan kepalang. Tapi setelah sampai di Kraton, mereka kaget sebab raja ternyata masih segar bugar.
Raja kedua yang sering diceritakan namanya Bindara Saod (orang yang menyahut). Tokoh ini dikenal sebagai santri, guru ngaji , dan keturunan K. Abdulllah (K. Binderereh Bungso) dari Batu Ampar. Konon, suatu ketika ayahnya pulang dari pertapaan menuju rumah, saat di depan pintu ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Setelah berkali-kali mengucapkan salam, ternyata ada suara kecil menjawab. Setelah dibuka, K. Abdullah bertanya kepada istrinya yang ternyata baru selesai sholat dzuhur, kira-kira siapa yang tadi menjawab. Setelah diusut, ternyata yang menjawab adalah Bindereh Saod yang saat itu masih berada dalam kandungan umur 5 bulan. Setelah dewasa, Bindereh Saod menjadi raja Sumenep setelah menikah dengan Ratu Raden Ayu Tirtanegara, penguasa negara Sumenep 1750.
Raja Sumenep yang juga terkenal adalah Sultan Abdurrahaman. Ayahnya adalah Penembahan Somala Asiruddin (1762-1811) pendiri Masjid Agung Sumenep yang hingga saat ini masih kokoh berdiri. Raja Abdurrahman terkenal kemampuannya dalam menerjemahkan batu tulis, mendapat gelar doktor dari Belanda, dan dikenal sebagai penemu kuburan ulama tersohor yang meninggalnya tidak diketahui siapa pun, yakni Syekh Sayyid Yusuf di pulau Talangoh.
Ada kisah lain yang tak kalah seru, yakni soal Potre Koning (R.A. Sa'ini). Kisah ini lebih awal karena terjadi di era Majapahit. Potre Koning adalah anak raja Wagung Ru'yat atau dikenal sebagai Pangeran Saccadiningrat. Potre Koneng dikisahkan sebagai pribadi yang menjauhkan diri dari dunia, tidak mau dinikahkan, suka mendekatkan diri kepada Pencipta, dan suka menyepi. Uniknya, kisah Potre Koning ini mirip Siti Maryam saat melahirkan Nabi Isa. Ia hamil Jokotole (raja Sumenep) saat menyepi di gua Payudan, termasuk saat hamil Agus Wedi yang kemudian menjadi Raja Gresik. Potre Koning hamil katanya lewat medium mimpi dengan petapa Adi Podai yang konon dililit akar dan ranting di gunung geger (daerah Bangkalan).
Itulah sedikit cerita yang saya baca setelah berkunjung ke Asta Tenggih kemarin. Ada situs yang masih bisa dinikmati saat ini, seperti masjid, kraton dan makam. Juga ada babak cerita yang menarik didalami ulang. Kota ini rupanya menyimpan jejak yang panjang.

0 comments:

Post a Comment