18 November 2014

Rasa Cinta



~~~ M. Syafi’ie

Pilihan membutuhkan cinta. Termasuk memilih pasangan dan menghadap Tuhan. Tanpa cinta, semua aktifitas akan terasa hambar, kosong dan tak ada rasa. Cinta akan meneguhkan kehadiran dan kesungguhan. Karena itu, cinta selalu dilekatkan dengan kesukaan, kegembiraan, keceriaan, kebahagiaan. Kesukaan sehari-hari, kita biasa menyebutnya sebagai hobby. Itulah cinta.

Mengidentikasi seseorang, apakah cinta atau kah tidak? cukup melihat apa yang ia lakukan sehari-hari : bisa membaca, menulis, makan, pergi ke shopping, berdandan, diskusi, melukis dan seterusnya. Cinta itu ialah passion : apa yang membuat kita nyaman, ikhlas, berkorban, dan bekerja tanpa beban.

Sama halnya ketika aku mencintai ibuku, istriku dan atau anakku. Bekerja dan bertemu mereka berlangsung tanpa beban : senang, gembira dan membahagiakan. Berinteraksi dengan orang-orang tercinta kadang juga menyebalkan : di saat Ibuku berbuat yang kadang tak masuk akal, istriku yang marah  tanpa alasan, dan anakku yang menangis karena minta mainan. Tapi aku meletakkan mereka di dasar hati yang paling dalam : aku bahagia dan marah karena aku merasa memiliki dan bertanggungjawab terhadap mereka. 

Cinta itu memang demikian : lepas tak terkendali, bersungguh-sungguh dan sekaligus sangat terikat. Ketika seseorang hidup dengan cinta, ia akan hidup dalam tempurung kebahagiaan, keterlepasan  dan duka cita sekaligus. Ketika orang yang kita cintai sakit, kita pun akan sakit. Ketika orang yang kita cintai bahagia, kita pun akan bahagia. Maka ketika seorang sufi Robiah Al-adawiyah menolak menikah dan bilang :Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cinta-Mu/Hingga tak ada satu punmenggangguku dalam jumpa-Mu”.  Pernyataan Robiah adalah penjelmaan dari rasa cinta : rasa yang kadang sulit dirasionalkan.

0 comments:

Post a Comment