~~
Aku sering di tanya kawan, apakah difabel mampu di sekolah umum
dengan keterbatasannya? aku jawab : " Pasti bisa, apalagi negara bisa
memfasilitasi sarana prasarana yang akses".
Dengan spontan aku katakan
bahwa kita harus respect dan berbangga dengan kehadiran para difabel
seperti Stephen Hawking (ilmuan kosmologi dan fisika), Albert Einstein
(ilmuan terbesar abad 20), Abdurrahman Wahid/Gus Dur (Ulama' dan
Presiden Indonesia) Nick Vujicik (Motivator dunia), Angkie Yudistia (Pengusaha), Eko Ramaditya (arranger musik game), Miles Hilton Barber (pilot pesawat), Ludwig van Beethoven (pemusik terkenal), Faisal Rusdi (pelukis) dan banyak lagi.
Aku kerap bercerita bahwa banyak teman-temanku yang difabel memiliki
kemampuan yang luar biasa. Ingatan, kemahiran, kepemimpinan dan daya
juang yang sungguh tak terduga. Padahal, rata-rata mereka dulu
sekolahnya di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan fokus belajar kekaryaan, dan
itupun tak terkelola dengan layak. SLB sendiri pengelolaannya tidak
inklusi. Bayangkan kalau teman-teman dfiabel terfasilitasi di sekolah
umum dan perguruan tinggi, pasti akan lebih mencengangkan. Betapa
terkagumnya kita ketika mendengar musik Beethoven, temuan brilian Albert Einstein dan Stephen Hawking, dan ataupun pemikiran Gus Dur yang yang melampaui masanya.
Saat ini, Indonesia telah memiliki Presiden baru : Jokowi-JK,
Menteri-menteri juga telah dilantik, khususnya Menteri Kebudayaan,
Pendidikan Dasar dan Menengah : Anies Baswedan
dan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi : M. Nasir.
Keberadaan para pemimpin ini, utamanya yang mengurusi pendidikan layak
untuk ditagih keberpihakannya kepada difabel. Jangan ada lagi
diskriminasi difabel di sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan.
Sarana-sarana pendidikan harus dibuat aksesibel. Pengelolan pendidikan
mesti diselenggarakan dengan inklusi!
22 December 2014
Ditanya Kemampuan Difabel
Monday, December 22, 2014
No comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment