22 December 2014

Temu Inklusi 2014

~~

Tak terasa temu inklusi 2014 sebentar lagi akan dilangsungkan. Tempatnya di Desa Sendangtirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Temanya : “Inklusi dari Desa : Menggalang Apresiasi, Menggagas Inovasi dan Membangun Misi.” Akan begitu banyak kegiatan dalam pertemuan ini, diantaranya seminar desa, sharing kerja-kerja inklusi, beragam workshop, pameran-pameran, ragam lomba, pentas budaya dan pasar malam. Pertemuan ini, pasti akan meriah.

Seperti tema kegiatan, panitia sepertinya ingin mengawali perubahan keindonesiaan yang inklusi lewat desa. Desa kita tahu adalah kumpulan dari beberapa unit pemukiman perkampungan, Desa juga adalah unit pengelolaan pemerintahan terkecil yang langsung bersentuhan dengan masyarakat secara ril. Membaca tata kelola Indonesia, sederhananya, lihatlah pengelolaan desa! Rakyat yang tak punya KTP, tak terdata dalam jaminan, tak mendapat hak pilih, tak dapat bantuan hukum, semua bermuara pada pengelolaan desa. Maka, apresiasi sangat tinggi jika pemerintah saat ini telah mengesahkan Undang-Undang Desa dan akan menggelontorkan dana untuk tiap desa sekitar 1,4 milyar. Dana yang cukup banyak, dan sungguh akan bermanfaat jika pengelolaannya betul-betul untuk kepentingan publik. 

Dan poin penting dari pertemuan temu inklusi 2014 ini ialah ajakan kepada setiap orang untuk menjadi pribadi dan bergabung dalam komunitas masyarakat yang inklusif. Apa itu masyarakat inklusif? Sederhananya ialah masyarakat yang secara sadar dan terbuka menerima segala ragam perbedaan manusia, baik jenis kelamin, fisik, karakter, status ekonomi, agama, kepercayaan, warna kulit, suku, dan perbedaan kemanusiaan lainnya. Linkungan masyarakat inklusif menghendaki keterbukaan komunikasi, tak ada pembedaan, ramah dan menyenangkan, respect terhadap perbedaan serta lingkungan yang fleksibel dan dinamis. Perbedaan adalah rahmat, itulah pesan agamanya. Tugas pemerintah dan masyarakat adalah mengormati perbedaan-perbedaan itu. Interaksi sosial mesti dijalankan tanpa diskriminasi. Pelayanan dan sarana prasarana publik mesti dikelola dan didesain secara universal (universal design).

Akhirnya, mari kita sukseskan temu inklusi 2014 ini. Mari kita resapi makna dan filosofi kegiatannya. Informasi lebih lengkap bisa dilihat di website : http://ti2014.solider.or.id/.

0 comments:

Post a Comment