24 June 2016

KONFLIK

~~~ M. Syafi'ie

Konflik kekerasan. Jangan pernah membacanya secara sederhana. Ada sebab-akibat. Ada kelompok berkepentingan bermain : ekonomi, kekuasaan dan militerisasi. Ada perencana yang bermain di belakang layar. Ada lapisan aktor yang menghamba uang dan kuasa, serta ada orang-orang lemah yang dikorbankan : diadu dan dipertengkarkan.

Soal untung, itu perkara memetik hasil. Tergantung kelihaian para pemain yang telah dibayar dan besaran material yang dibagi-bagikan. Juga bergantung pada tingkat kritis, solidaritas kemanusiaan dan kesadaran kebhinekaan masyarakat. Karena itu, semakin tinggi tingkat kebodohan satu masyarakat, konflik semakin mudah diproyekkan. Adu domba laten mudah dihembuskan.
Problem terbesar konflik ialah kebodohan dan pembodohan. Akal sehat, nurani dan kesadaran dilumpuhkan dengan ragam pembenaran. Merujuk Hannah Arendt, masyarakat yang telah 'teratomisasi' akan menjadi obyek dan sasaran gerakan totaliter. Mereka akan dikendalikan dan dimanipulasi dengan ragam propaganda dan teror yang memecah belah.
Lalu bagaimana dengan Indonesia kini? Sepertinya konflik laten akan terjadi. Propaganda dan teror telah bermunculan di mana-mana. Ngeri dan tak manusiawi.

0 comments:

Post a Comment