15 May 2018

Ketemu Yeni Rosa

~~ M. Syafi'ie
Untuk kesekian kalinya saya ketemu Yeni Rosa Damayanti di beberapa forum. Beliau adalah Ketua Perhimpunan Jiwa Sehat, suatu organisasi yang menghimpun dan mengadvokasi difabel mental di Indonesia, bermarkas di Jakarta.
Jauh sebelum mengenal Yeni sebagai aktivis difabel mental, saya mengenalnya sebagai aktivis 1998 yang suaranya sangat lantang mengkritisi rezim Soeharto yang otoritarian. Karena kagum, saya mengajaknya selfi tadi pagi.




"Mbak Yeni, kita gantian selfie ya. Sekarang giliran saya" ajak saya sambil ketawa. Di samping Yeni Rosa ada mbak Andayani, pengajar Fakultas Dakwah UIN, Suka. Kita bertiga diminta jadi juri lomba dalam harlah ke-11 Pusat Layanan Disabilitas UIN, Suka.
Yeni Rosa yang dalam forum harlah juga didaulat jadi pembicara, berbicara banyak tentang difabel mental dalam konteks pendidikan. Menurutnya, difabel mental cukup banyak di dunia. Sekitar 1% dari total populasi penduduk. Penyebabnya lebih banyak eksternal, yakni kemiskinan, keputusasaan dan tekanan hidup. "Difabilitas mental tidak semata faktor internal diri manusia, tetapi faktor eksternal berperan sangat besar yang menyebabkan orang depresi, cemas berlebih, atau bahkan schizophrenia," jelas Yeni.
Pada momentum hari Pendidikan Nasional, Yeni berharap sistem pendidikan di Indonesia tidak diskriminatif kepada difabel mental. Sebab konstitusi UUD 1945 dan UU Disabilitas jelas menolak diskriminasi di sektor pendidikan. Ia bercerita banyak tentang temannya yang difabel mental jadi dosen, film maker dan banyak yang sedang menempuh kuliah di perguruan tinggi nasional dan internasional.
Difabel mental sebaiknya tidak dijauhi. Ia hanya butuh curhat, ketenangan dan teman. Difabel mental juga sudah mengerti gejala kapan ia akan kambuh. "Bagi difabel mental, mengenali gejala sangat penting. Umumnya mereka sudah paham. Dari gejala, kita bisa ke psikiater dan atau dokter," jelas Yeni
x

0 comments:

Post a Comment