21 December 2015

Selamat Hari Difabel

Hari Difabel. Majelis Umum PBB lewat resolusi Nomor 47/3 menetapkan 3 Desember sebagai hari Difabel Internasional. PBB juga mengesahkan Convention on the Rights of Person with Disabilities pada Desember 2006. Indonesia telah meratifikasinya lewat Undang-Undang No. 19 tahun 2011.
Penetapan hari difabel setidaknya menjadi penegas dan kampanye bahwa tidak boleh lagi ada diskriminasi, eksklusi dan pengucilan terhadap difabel. Faktanya memang banyak masalah. Di Indonesia, yang menurut WHO jumlah difabelnya mencapai 10%, ada banyak kebijakan, streotipe dan praktek yang memojokkan. Difabel ditolak di sekolah, khususnya sekolah umum; tidak diberlakukan secara fair di peradilan; tidak diberi fasilitas publik aksesibel; dipasung dan di stigma secara tidak manusiawi. Difabel di negara ini secara sistemik masih diberlakukan dengan pendekatan ideologi kenormalan dan kecacatan.

Apa itu ideologi kenormalan dan kecacatan? Mansur Fakih mengatakan, sebutan normal dan atau cacat yang dilekatkan kepada difabel adalah hasil dari konstruksi sosial. Istilah 'penyandang cacat' memiliki makna ideologis yang berarti ketidakmampuan (disabilities), invalid dalam arti tidak normal atau tidak menjadi manusia seutuhnya dan sepenuhnya. Karena itu, ideologi kenormalan menjadi penyokong segala gagasan yang menciptakan kelas antar manusia, penyokong praktek dan kebijakan diskriminasi yang selama ini muncul. Menurut Mansur, ideologi kenormalan dibangun oleh negara, serta disokong oleh masyarakat dan keluarga.
Sampai hari difabel yang saat ini dirayakan, perubahan belum banyak terjadi. Sejauh mata memandang, praktek diskriminasi masih terlihat. Jalanan dan fasilitas publik di antara contohnya. Gagasan universal desain dan aksesibilitas masih sebatas norma dalam Konvensi. Sebutan penyandang cacat masih juga terdengar. Bahkan masih menjadi sebutan yang 'biasa' di berbagai forum dan lembaga publik.
Di atas semua itu, ada beberapa teman difabel yang masih kukuh dengan gagasan dan perjuangannya. Ada pemerintah dan masyarakat sipil yang terpanggil untuk terlibat dan melakukan perubahan. Mereka orang-orang luar biasa. Kepada mereka perlu diucapkan "Selamat Hari Difabel." Terus tegak di jalur kemanusiaan

0 comments:

Post a Comment