21 December 2015

Spritual Journey Jasser Audah

Alhamdulilah telah selesai membaca buku yang mencerahkan. Judulnya "Spritual Journey : 28 Langkah Meraih Cinta Allah." Karya Jasser Audah, seorang Professor, pemimpin International Union of Muslim Scholars dan peneliti Maqasid Syariah. Buku ini merupakan komentar dan penjelasan lebih jauh terhadap kitab Al-Hikam karya monumental Ibn Atha'illah. Jaser tanpa ragu menyebut Atha'illah sebagai seorang yang ahli dalam ilmu tasawuf, hukum Islam, hadist, bahasa arab dan cabang-cabangpengetahuan keislaman lainnya. Lewat buku ini juga, Jaser mengatakan bahwa tasawuf adalah bagian yang tidak terpisah dari syariat Islam.

Secara umum, buku ini akan memandu kita untuk memulai perjalanan spritual menuju Allah SWT; memberitahukan kita untuk selalu menyucikan jiwa hingga mencapai level terbaik (ihsan) dalam mengetahui Allah dan beribadah kepada-Nya.
Bahasan buku ini, menarik, sederhana dan sangat evaluatif bagi seseorang yang mengaku muslim dan mukmin. Pada salah satu bab dinyatakan bahwa perjalanan menuju Allah tidak akan pernah berakhir. Perjalanan kepada-Nya mirip sebuah jalan melingkar (siklus). Jika Anda berfikir bahwa Anda telah mencapai akhir, berarti Anda sebenarnya berada di tempat di mana Anda memulai. Karena itu, seseorang yang menuju Allah harus menghindari beberapa noda, pertama, merasa dirinya sudah sholeh. Kata Ibn Atha'illah "asal mula setiap dosa, kelalaian dan nafsu syahwat adalah merasa dirinya sudah baik (sholeh), sedangkan asal mula setiap amal baik, kesadaran dan kesucian adalah menjadi pribadi yang mawas diri." Kedua, rasa butuh yang mengantarkan seseorang kepada kondisi hina dan penghambaan kepada selain Allah. Ibn Atha'illah berkata "pohon rasa hina tumbuh berkembang dari benih rasa butuh. Tidak ada yang menipumu sebagaimana ilusimu. Kamu bebas dari apa pun yang kamu lepaskan. Sebaliknya, kamu adalah budak dari apa pun yang kamu butuhkan."
Ada banyak bahasan fundamental dalam buku ini. Layak untuk dibaca, dipikirkan dan dikhidmati untuk memperbaiki banyak hal dalam konteks keberagamaan yang saat ini semakin tidak menjadi media yang membebaskan.

0 comments:

Post a Comment