21 December 2015

Sumpah Pemuda

Sumpah pemuda. 28 Oktober 1928. Momentum yang layak dipelajari oleh kaum muda. Masa itu, para pemuda tak sekedar berfikir untuk kepentingan dirinya sendiri, tapi terlibat untuk memperjuangkan kemerdekaan, keadilan sosial dan persatuan untuk kepentingan rakyat.
Soempah itu, Satoe : Kami Poetra dan Poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, Tanah Air Indonesia/Doea : Kami Poetra dan Poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, Bangsa Indonesia/Tiga : Kami Poetra dan Poetri Indonesia, mengjoenjoeng bahasa persatoen, Bahasa Indonesia

Teks sumpah di atas seperti biasa, tapi melafadkannya dalam konteks penindasan, perbudakan dan politik yang pecah belah, tentu menjadi luar biasa. Teks seperti ikrar pengikat yang menggerakkan darah juang para anggotanya yang tersebar.
Sumpah pemuda memang telah jadi sejarah. Telah ada museum dan ritual tahunannya. Tapi menghidupkannya sebagai kesadaran dan kekuatan untuk perubahan sosial keindonesiaan yang baru tentu bukanlah satu yang mudah. Indonesia butuh visi dan misi ideologisnya. Pemuda masih butuh pencerahan arah juangnya.
Yudi Latif bilang, kesadaran revolusioner kaum muda Indonesia tidak jatuh dari langit, tetapi sengaja diusahakan melalui penaburan benih-benih kecerdasan yang disemai di ruang publik. Dalam suasana sumpah pemuda 28 Oktober 1928, wajar jika Ben Anderson mengatakan, revolusi kemerdekaan Indonesia diawali dan ditentukan oleh kesadaran para pemuda.

0 comments:

Post a Comment