21 December 2015

Hujan Membasahi Bumi

Akhirnya, hujan itu membasahi pelataran halaman rumah. Sangat senang rasanya. Bau tanahnya khas, mengingatkan saya akan ribuan kenangan yang terlewati. Hujan ini juga mengingatkan pada buku yang luar biasa saya suka, "Biarkan Hujan menyembuhkanmu." Ditulis seorang psikolog dan aktivis kemanusiaan : Wahyu Bramastyo.
Tulisan buku ini dibuat atas dasar pengalaman penulisnya yang di waktu kecil mendapatkan tekanan dari saudaranya. Diberlakukan sebagai obyek yang lemah, dikuasai dan dianggap tidak berdaya. Orang-orang pun melekatkannya dengan sebutan pribadi yang kalem, pendiam, pemalu, introvert. Tindakan saudara dan cap orang membuatnya sedih. Tertindih luka. Dan cap itu membentuk kediriannya yang lain. Keaslian sikapnya seperti hilang. Hujan menjadi penyembuh luka-lukanya. Melindungi, pelipur lara dan memuaskan dahaganya.

Saya tidak tahu mengapa saya sangat suka buku ini. Ketika membacanya, saya tak mau berhenti, terus dan terus. Pengalaman subyektif penulis buku ini sangat terasa dan elaborasi keilmuannya sungguh mendalam. Ketahuan bahwa penulis buku ini memang pribadi perasa, halus, tekun, pembelajar dan tulus dalam mengurai kata-kata. Membaca buku ini, tak kalah heroiknya ketika saya membaca buku "Haji" karya Ali Syariati, "Risalah Huquq" karya Imam Ali As-Sajjad, "Spritual Journey" oleh Jasser Auda, "Dekolonisasi Metodologi" oleh Linda Tuhiwai Smith, atau "Di Bawah Naungan Ka'bah" dan "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" karya Hamka.
Buku ini bercerita banyak soal pembebasan dari belenggu sabotase diri, mengobati luka perasaan dan menjadi pribadi yang otentik. Penulis bilang, "krisis identitas merupakan salah satu dampak dari kehidupan modern. Kita seringkali sibuk melihat orang lain dan berharap orang lain adalah diri kita." "Ketidaksadaran dapat tumbuh karena berbagai faktor yang membentuknya. Pola asuh, pemahaman yang diwariskan turun temurun, role model, desakan lingkungan, gaya hidup sekitar, norma sosial yang seringkali bentukan dari ketidaksadaran, atau kecemasan akan materi."
Hujan telah reda. Bau tanah basah itu masih tersisa. Bunga-bunga di halaman seperti sedang membuka hatinya

0 comments:

Post a Comment