21 December 2015

Anak Konflik

Sangat sedih mendengarnya. UNICEF menyatakan bahwa jumlah bayi yang lahir di daerah konflik meningkat lebih dari 125.000 pada tahun 2015 ini, menjadi 16,6 juta dibandingkan dengan tahun lalu. Di masa depan, proyeksi itu katanya akan lebih meningkat.

Kabar itu sungguh menyedihkan. Luka yang bertumpuk-tumpuk. Di masa kini, di mana hak asasi manusia 'katanya' sudah dideklarasikan, ratusan regulasi HAM telah didokumentasikan, tapi mengapa 'konflik' itu terus terjadi? Pembunuhan, kekerasan dan kekejaman terus menerus tanpa jeda. Norma-norma HAM tak mampu dan tidak bisa menghentikan laju persaingan dan kepentingan ekonomi politik yang menyebabkan perang lintas negara dan atau internal negara. Konflik yang menggerakkan dan menciptakan banyak varian aktor yang banal akan kekerasan. Ada banyak dalih yang dikonstruksikan untuk kepentingan konflik. Kelompok kapital dan negara-negara dunia menjadi pusat dari proses penciptaan kebiadaban itu.
Entah sampai kapan kekejaman itu akan terhenti. Apalagi ratusan juta anak sudah tertular dengan cara berfikir kekerasan dan kejahatan. Masa depan dunia masih buram. Seperti Hannah Arendt bilang, kekerasan yang dilakukan negara dan menguasai ruang publik akan menular ke masyarakat. Tanpa sentuhan kebajikan dan akal sehat terhadap generasi, semua situasi terkini akan menciptakan banalitas kekerasan yang tak terbatas di masa depan. ‪#‎Kekerasanharusdihentikan‬

0 comments:

Post a Comment