21 December 2015

Manusia Ber-Tuhan

Menurut Sindhunata, manusia adalah ciptaan yang selalu mengarah pada yang absolut, dan dengan demikian selalu mengatasi apa saja yang terbatas.
Sindhunata sepertinya ingin menjelaskan bahwa manusia sebenarnya merupakan pribadi yang transenden. Kecenderungan pada yang absolut akan memandunya untuk menjadi pribadi yang bebas dan tak tergantung pada apa pun dan siapa pun yang terbatas. Pandangan ini tentu terkait dengan semua ajaran agama, di mana Tuhan selalu menjadi poros danpusat pembebasan manusia dari segala ketergantungan. Hanya kepada-Nya umat manusia bergantung.

Namun, manusia tetaplah manusia. Kecenderungannya akan Tuhan yang absolut kerap mengarah pada absolutisme diri sendiri : merasa paling benar, tidak terbuka, enggan mencari kebenaran, gemar dengan pembenaran dan senang dengan sikap yang dangkal. Absolutisme diri merupakan kesementaraan, karena yang berkuasa ialah ego yang tak terbebaskan; ego yang bergantung pada kenikmatan tubuh, pemuas diri dan kelompok, uang yang melimpah dan tahta yang nyaman. Tuhan hanya sebutan dan tidak mewajah pada integritas penganutnya : seperti candu dan hanya alat untuk sesuatu yang rendah.
Murtadha Muthahhari mengatakan, manusia yang mengira hakikat dirinya hanya terbatas pada jasad dan apa yang dikerjakan hanya untuk kepentingan raganya, maka ia telah melupakan dirinya sendiri dan menganggap orang lain sebagai dirinya. Orang seperti itu, telah lalai akan Tuhan dan menghancurkan hakikat kemanusiaannya.

0 comments:

Post a Comment